RAMADHAN 23

Februari 22, 2013

Fokus pada tujuan akhir, adalah sesuatu yang sering dianjurkan dalam berbagai hal. Dan tentu mengharapkan akhir yang baik, penutup yang baik, yang jauh lebih populer dalam istilah bahasa Arab atau keagamaan Islam, sebagai konsep “khusnul khatimah”. Tetapi, memperhatikan berbagai hal yang mungkin terjadi dalam tahapan pencapaian tujuan akhir, juga tidak boleh dilupakan begitu saja. Tidak boleh mengharapkan khusnul khatimah, tetapi di tengah-tengahnya isinya yang serba su’ul [lawannya khusnul- kurang atau tidak baik]. Kita sangat dianjurkan untuk selalu berdoa, mengharapkan Allah swt menganugerahkan khusnul khatimah di akhir hayat kita nanti. Amien.

Saya tadi cukup terkejut ketika mendengarkan penjelasan dari Wakil Direktur Lalu Lintas Kepolisian Republik Indonesia [entah tidak saya ingat namanya – termasuk yang jarang muncul di televisi] yang menghimbau agar para pemudik yang menggunakan ruas toll Palimanan – Pejagan dengan tujuan Semarang [Pantura] agar keluar di pintu tol Kanci [seperti 2 atau 3 tahun silam ketika ruas Kanci – Pejagan belum ada]. Lho, lalu apa gunanya ruas toll Kanci – Pejagan dibuat? Bukankah arus utama dari ribuan kendaraan yang melewai ruas tersebut tujuannya adalah ke arah Pantura? Kan lumayan mengurangi waktu tempuh, karena jalan Pantura antara Kanci – Pejagan itu penuh dengan kemacetan karena berbagai sebab. [anda tidak mendengarkan kan, karena sedang di kantor].

Alasan yang disampaikan, sangat manusiawi dan demi keselamatan para pengguna jalan itu sendiri, karena setelah keluar pintu Pejagan, kalau ke kiri kita akan langsung berjumpa dengan lintasan kereta api yang padat lalu lintasnya, mungkin hanya kalah dengan lintasan Pasar Minggu – Depok saja barangkali. Sehingga jalannya sering dipalang bila ada kereta mau lewat, dan dikhawatirkan menyebabkan penumpukan kendaraan. Kalau ke kanan, tidak ada hambatan.

Sebelum ruas jalan toll Kanci – Pejagan tersebut dibangun, bahkan direncakan, bahkan perencananya dilahirkan, lintasan kereta api itu kan sudah ada. Dan bukan lintasannya muncul dari dalam bumi ketika ruas toll Kanci – Pejagan selesai dibangun, bukan?.

Ternyata itu [menurut nalarku lho ya], memang pola pikir yang diterapkan dalam pembangunan jalan toll [entah siapa yang menentukan pola perencanaan seperti itu]. Ruas-ruas jalan toll itu, tidaklah berdiri sendiri, tetapi akan membentuk suatu jaringan yang menyatu dan saling terhubung, yang kalau tidak salah disebut Trans-Java Toll Road. Hanya saja pembangunannya bertahap, dan antara masing-masing ruas yang terpenggal-penggal itu, bisa berbeda 1-2 tahun sampai 10-15 atau bahkan 25-30 tahun tahapannya. Tidak dibuat seperti de Groot Postweg ala Daendels.

Pembangunan masing-masing ruas – sebagai bagian utuh bila sudah terangkai –  sama sekali tidak memikirkan apa yang akan terjadi pada ujung [sementara], ketika ruas toll berikutnya belum dibangun dan dioperasikan. Sementara-nya bisa mencapai 25 tahunan lho, contohnya di pintu toll Cikampek.

Pada saat dibangun, memang beban lalu lintasnya tidaklah seperti sekarang ini. Dikredit. Pintu toll Cikampek sendiri sudah merupakan masalah ketika beban puncak pada saat mudik, antrian untuk keluar sejak beberapa tahun silam, walau alokasi pintunya sudah ditambah untuk para pemudik yang keluar toll.

Ke kiri kita akan menemui jalan yang “sangat sempit” untuk lalu lintas dua arah tanpa pembatas di tengahnya [median]. Lalu bertemu dengan Simpang Jomin. Boleh dikata pasti akan merayap disitu. Baru kemudian dibangun jalan layang di pertigaan tersebut.

Ke kanan semula baik-baik saja, tetapi kemudian bertemu dengan lintasan kereta api di Sadang. Akhirnya dibuat jalan layang di lintasan tersebut, sehingga Warung Soto Sadang jadi sepi ya. Karena akses bagi yang baru keluar dari toll menjadi sulit.

Setelah ruas Cikampek- Padalarang yang terhubung ke Bandung selesai, beban di pintu toll dan arus yang kekanan menurun drastis, namun belum bisa membebaskan pintu toll dari kemacetan. Dan akhirnya, bila tiba saatnya, bahwa pintu toll Cikopo bukan lagi sebagai ujung – karena sudah ada ruas toll lanjutannya, maka semua masalah itu akan selesai, karena sebagian besar kendaraan akan melanjutkan perjalanan melalui ruas toll lanjutannya.

Mungkin karena skenario semacam itu, maka ujung ruas jalan toll [yang nantinya akan tersambung dengan ruas lain] sengaja tidak disiapkan suatu prasarana pendukung [kecuali kalau sudah sangat terpaksa] karena nantinya akan tidak berfungsi [alias mubadzir]. Kalau pembangunan ruas berikutnya itu cepat [ 1-2 tahun saja] sih oke-oke saja ya. Tetapi Cikupa, itu sudah 25 tahun lho.

Mungkin itulah pola pikir para perencana jalan toll, sehingga sengaja dilakukan pembiaran pada arus yang keluar di pintu toll Pejagan, bagi yang ke arah kiri. Karena nantinya akan jadi sepi kembali. Kebanyakan kendaraan akan melanjutkan ke ruas toll berikutnya. Hemat biaya investasi dan biaya pemeliharaan, walau sedikit menyengsarakan pengguna jalan. Konsep su’ul khatimah.

Begitu juga kiranya dengan ruas toll Semarang-Ungaran yang sempat tertunda pengoperasiannya, tetapi sudah bisa dibuka untuk lebaran ini hanya untuk mobil penumpang kecil [golongan I]. Di ujung Ungaran-nya, juga akan terkendala, karena sebenarnya akan nyambung ke ruas lainnya.

Lain lagi dengan ujung jalan toll di bagian paling barat Pulau Jawa, yaitu Merak. “Kekacauan” disana bukanlah dari perencanaan jalan tollnya melainkan dari tidak berfungsinya dermaga atau alat pengangkut antar pulau secara benar dan terkoordinasi.Perencanaan docking kapal.  Beberapa kali antrian truk sampai masuk ke jalan tollnya, sehingga mau keluar saja tidak bisa.

Konsep ‘khusnul khotimah”, sepertinya belum terpenuhi pada hampir sebagian besar pintu toll yang ramai, dimana antrian panjang masih sering terlihat, semata-mata karena sistem pembayaran yang tidak efisien dan effektif. Jalan yang lancar di sepanjang jalan toll, ditutup dengan antrian yang tidak perlu [jika saja diterapkan cara-cara pentarifan dan pembayaran yang efisien]. Tarif yang memerlukan uang kembalian dari beragam mata uang, cara transaksi dengan uang kartal, pembayaran dengan kartu elektronik yang hanya tertentu saja, dan lain sebagainya.

Semogalah, pada pembangunan ruas toll yang masih akan dilanjutkan dengan ruas toll berikutnya, akan memperhatikan arus kendaraan yang akan keluar [sementara belum ada ruas berikutnya]. Kita hanya bisa berdoa.

Wa Allahu a’lam.

 

Saifuddien Sjaaf Maskoen

RAMADHAN 22

Februari 22, 2013

 

3 KATA INDAH SANG PEMIMPIN

Kisah ini terjadi di sebuah pesta perpisahan sederhana pengunduran diri seorang direktur. Diadakan sebuah sesi acara penyampaian pesan, kesan kritikan dari anak buah kepada sang direktur yang segera memasuki masa pensiun.

Karena waktu yang terbatas, kesempatan tsb di persilahkan dinyatakan dalam bentuk tulisan.

Di antara pujian kesan yang diberikan, di pilih di bingkai utk diabadikan kemudian dibacakan di acara tsb, yakni sebuah catatan dengan gaya tulisan coretan dari seorang office boy yang telah bekerja cukup lama di perusahaan itu.

Dia menulis semuanya dengan huruf kapital sebagai berikut :

YANG TERHORMAT PAK DIREKTUR.

  • TERIMA KASIH KARENA BAPAK TELAH MENGUCAPKAN KATA TOLONG, SETIAP KALI BAPAK MEMBERI TUGAS YANG SEBENARNYA ADALAH TANGGUNG JAWAB SAYA.
  • TERIMA KASIH PAK DIREKTUR KARENA BAPAK TELAH MENGUCAPKAN MAAF, SAAT BAPAK MENEGUR, MENGINGATKAN BERUSAHA MEMBERITAHU SETIAP KESALAHAN YANG TELAH DI PERBUAT KARENA BAPAK INGIN SAYA MERUBAHNYA MENJADI KEBAIKAN.
  • TERIMA KASIH PAK DIREKTUR KARENA BAPAK SELALU MENGUCAPKAN TERIMA KASIH KEPADA SAYA ATAS HAL² KECIL YANG TELAH SAYA KERJAKAN UNTUK BAPAK.

TERIMA KASIH PAK DIREKTUR ATAS SEMUA PENGHARGAAN KEPADA ORANG KECIL SEPERTI SAYA SEHINGGA SAYA BISA TETAP BEKERJA DENGAN SEBAIK²NYA, DENGAN KEPALA TEGAK, TANPA MERASA DIRENDAHKAN DIKECILKAN SAMPAI KAPAN PUN BAPAK ADALAH PAK DIREKTUR BUAT SAYA.

TERIMA KASIH SEKALI LAGI. SEMOGA TUHAN MERESTUI JALAN DIMANAPUN PAK DIREKTUR BERADA.

AMIEEEN.

Setelah sejenak keheningan menyelimuti ruangan itu, serentak tepuk tangan menggema memenuhi ruangan. Diam² Pak Direktur mengusap genangan airmata di sudut mata tuanya, terharu mendengar ungkapan hati seorang office boy yang selama ini dengan setia melayani kebutuhan seluruh isi kantor.

3 kata : TERIMA KASIH, MAAF, TOLONG adalah kalimat pendek yang sangat sederhana tetapi mempunyai dampak yang positif.

Dengan mampu menghargai orang lain minimal kita telah menghargai diri kita sendiri…

Dan yang satu lagi

KISAH SI PENSIL DAN SI PENGHAPUS

Pensil : “Maafkan aku Penghapus..”

Penghapus : “Maafkan aku??untuk apa Pensil?? Kamu tidak melakukan kesalahan apapun kepadaku…”

Pensil  : “Aku minta maaf karena aku telah membuatmu terluka. Setiap kali aku melakukan kesalahan, kamu selalu berada disana untuk menghapusnya. Namun setiap kali kamu membuat kesalahanku lenyap, kamu kehilangan sebagian dari dirimu. Kamu akan menjadi semakin kecil dan kecil setiap saat…”

Penghapus  : “Hal itu memang benar…Namun aku sama sekali tidak merasa keberatan. Kau lihat, aku memang tercipta untuk melakukan hal itu. Diriku tercipta untuk selalu membantumu setiap saat kau melakukan kesalahan. Walaupun suatu hari, aku tahu bahwa aku akan pergi dan kau akan mengganti diriku dengan yang baru. Aku sungguh bahagia dengan peranku. Jadi tolonglah, kau tak perlu khawatir. Aku tidak suka melihat dirimu bersedih…”

Si Penghapus adalah Orang Tua kita…
Si Pensil adalah diri kita sendiri….

Orang tua akan selalu ada untuk anak-anaknya…
Untuk memperbaiki kesalahan anak-anaknya…
Namun, terkadang, seiring berjalannya waktu…
Orang tua akan terluka dan akan menjadi semakin kecil…
(B’tambah tua dan akhirnya meninggal).

Walaupun anak-anak mereka pada akhirnya akan menemukan seseorang yang baru (Suami atau Istri), Namun orang tua akan selalu tetap merasa bahagia atas apa yang mereka lakukan terhadap anak-anaknya dan akan selalu merasa bersedih bila melihat buah hati tercinta mereka merasa khawatir ataupun sedih.

“Hingga saat ini, Saya masih menjadi Si Pensil 😦

Hal itu sangat menyakitkan diri saya. Melihat si penghapus atau orang tua saya semakin bertambah “Kecil” dan “Kecil” seiring berjalannya waktu.

Kelak suatu hari, Yang tertinggal hanyalah “Serutan” si penghapus
Segala kenangan yang pernah saya lalui dan miliki bersama mereka.”
Kisah ini didedikasikan secara khusus kepada orang tua saya dan seluruh orang tua anda/yg udah/akan jadi orang tua .. ^~^

Smoga bisa menjadi renungan.

 

Pada saat “paceklik” beberapa hari yang lalu itu, secara tidak terduga saya juga mendapat kiriman artikel dari seorang kerabat yang boleh dibilang tidak pernah berkomunikasi secara langsung, namanyapun tak ingat – ya mana mungkin ingat, tahu juga tidak – hanya tahunya isterinya Tjahjo, yaitu dra. Handayani.

Dua hal yang sama-sama perlu kita sadari, yang selain untuk kita renungkan, juga untuk kita lakukan. Kalau sudah ya syukur, kalau belum ya ayo kita mulai. Tidak ada kata terlambat.

Menggunakan 3 kata, yang disampaikan diatas, TOLONG, TERIMA KASIH, dan MAAF dalam kehidupan sehari-hari, kiranya tidak akan terlalu sulit bila sudah dibiasakan atau diajarkan sejak dini kepada anak-cucu kita, sehingga mereka menjadi biasa, dan otomatis mengatakannya pada saat yang tepat. Terutama bagi keluarga yang memiliki pembantu, hal ini harus betul-betul kita perhatikan. Dan contoh yang paling baik bagi anak-cucu tersebut, adalah kita sendiri. Kita sendiri harus mejadi contoh, kalau hanya sekedar menyerukan dan meminta anak-cucu melakukan, tanpa kita memberi teladan, ya jangan harap bisa berhasil. Semoga Allah swt memudahkan kita semua.

Yang kedua, itu yang justru sangat sulit. Itu sebagai suatu estafet. Yang suatu saat kita akan berubah fungsi. Kiranya, memang banyak yang harus kita pelajari untuk menjadi orang tua, bukan sekedar orang yang sudah tua. Dan sepertinya tidak ada pelatihan atau seminar untuk mempersiapkan diri menjadi orang tua, tetapi menjadi orang yang sudah tua akan terus berjalan dengan sendirinya tanpa dapat kita tunda prosesnya.

Bulan Syawwal yang akan segera tiba, mungkin saat yang tepat untuk memulainya. Karena kata Syawwal itu sendiri berarti peningkatan. Berarti saat yang tepat untuk mulai melakukan peningkatan, dan kita bisa melakukan assessment atau appraisal pada Ramadhan mendatang, jika Allah swt mengizinkannya.

إِنۡ أَحۡسَنتُمۡ أَحۡسَنتُمۡ لِأَنفُسِكُمۡ‌ۖ وَإِنۡ أَسَأۡتُمۡ فَلَهَا‌ۚ

“In akhsantum akhsantum li anfusikum; wa in asa’tum falahaa.  ………
“Jika kamu berbuat baik, kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri.
Dan jika kamu berbuat jahat, maka itu untuk dirimu sendiri. ……..”
QS Al-Israa, 17:7

 

Wa Allahu a’lam

 

Saifuddien Sjaaf Maskoen.

 

Terima kasih mbak Henny, semoga Allah swt selalu memberikan kemudahan dalam menyampaikan pemikiran melalui tulisan-tulisan.

RAMADHAN 21

Februari 22, 2013

 

Beberapa hari yang lalu, saya memperhatikan suatu iklan yang cukup besar, KOMPAS 16-08-2011 halaman 9, digambarkan ada dua buah mobil – yang satu mobil SUV mewah dan yang satunya jelas mikrolet yang bisa kita kenali dari warna biru muda dan penampilan pengemudinya. Kedua mobil tersebut dihubungkan oleh sebuah jumper cable – sesuatu yang jarang kita gunakan untuk mengatasi sebuah mobil yang akinya sedang sowak [zwaak] alias lemah. Umumnya yang kita lakukan, adalah dengan mendorongnya dalam keadaan persnelling masuk di gigi 2atau 3 tetapi dalam keadaan dikopling, lalu dengan mendadak kita lepaskan kopling. Jika semua sistem pembakaran dalam keadaan baik, maka mesin segera hidup alias menyala lagi.

Kabel jumper umumnya hanya digunakan oleh mobil yang memiliki persnelling otomatis, sebagaimana yang dimiliki oleh mobil bagus dan mewah dalam iklan tadi. Mungkin maksud iklan tadi adalah ingin melambangkan si kuat yang menolong si lemah [akinya]. Tetapi yang rupanya akinya lemah adalah justru mobil SUV yang mewah tadi yang tentunya harganya lebih mahal. Kalau dilihat dari sisi aki, maka iklan tadi benar. Tetapi kalau dilihat dari jenis mobil dan pemiliknya, jelas tidak pas, karena pihak yang lemah ekonominya [tetapi memiliki aki yang masih kuat] sedang menolong pihak yang ekonominya kuat [tetapi memiliki aki yang lemah]. Wa Allahu a’lam, apa maksud dan sasaran iklan ini.

Aki mobil seringkali tidak memiliki kekuatan untuk menggerakkan roda gila untuk menghidupkan mesin setelah mobil berhenti agak lama, misalnya semalaman. Artinya tiba-tiba dalam keadaan terparkir di rumah atau terparkir di tempat parkir. Pastilah tidak akan terhenti mendadak di tengah perjalanan. Karena mobil bertransmisi otomatis tidak bisa dihidupkan dengan cara didorong, maka pemiliknya memang sebaiknya memiliki dan menyediakan kabel jumper tersebut di mobil. Diiringi doa agar jangan sampai digunakan untuk menolong mobil kita, tetapi siapa tahu ada orang lain yang membutuhkannya di suatu waktu.

Memang patutlah kita mengenali cara-cara keadaan darurat dalam menggunakan mobil pada saat ini. Dan beberapa waktu yang lalu, salah seorang sahabat juga mengirimkan email yang berisi panduan kepada kita bila saat melewati lintasan kereta api [apa satu spoor, apalagi yang dua spoor atau lebih]. Karena sering terjadi kecelakaan, dimana mobil berhenti mendadak dalam keadaan mesin mati di lintasan kereta api, pada saat kereta akan lewat. Konon cara terbaik adalah turun dan mendorongnya. Karena katanya ada pengaruh impedansi atau magnetis atau apa, yang menyebabkan mesin mobil susah untuk dihidupkan kembali, terutama yang bukan bermesin diesel, karena percikan api di busi akan terganggu.

Untuk menghindari mesin mati mendadak di perlintasan kerata api, lebih baik tidak nyaman melintasi rel [dengan kecepatan biasa – tidak dipelankan] dari pada tidak dapat merasakan kenyamanan di hari sesudahnya, karena lokomotif melintasi mobil kita. Juga kita perlu berhati-hati bila keadaan jalan macet di area perlintasan, sebaiknya kita memperlakukan perlintasan tersebut sebagai yellow-box dimana tidak dibenarkan kendaraan berhenti didalamnya. Dari pada terhenti di rel, lalu kereta lewat, bisa-bisa akan terhenti selamanya kehidupan kita. Naudzu bi Llahi min dzalik.

Tentu kita tidak berharap suatu ketika mobil kita perlu ditarik oleh mobil lain oleh sebab apapun, tetapi saya kira tidak ada salahnya kita memberikan pertolongan kepada mobil lain dengan menariknya. Mengemudikan mobil yang sedang ditarik dan juga mengemudikan mobil yang menarik mobil lain, tentunya berbeda dengan mengemudikan dalam keadaan normal. Menyediakan kabel penarik yang dilengkapi dengan sistem pengikat pada kedua pihak sangatlah bermanfaat, terutama bila melakukan perjalanan keluar kota. Titik penarik dan titik ditarik untuk masing-masing mobil jelas berbeda, dan hal itu perlu kita pelajari pada buku panduannya. Kekeliruan dalam mengikat tali, bisa bisa menyebabkan kesulitan pada saat melepasnya nanti, karena tali tersebut telah dikencangkan oleh kekuatan yang besar untuk menarik mobil tadi, apalagi bila sering terjadi sentakan [karena kurang sinkronnya antara kedua mobil].

Membuka ban yang gembos [kurang angin] dan memasang ban kembali, walau sepertinya sederhana, tetapi perlu dialami sebelum kejadian yang sesungguhnya terjadi. Maksudnya mencoba dalam keadaan aman. Tentu berbeda dengan penggantian ban pada balapan Formula 1. Meletakkan dongkrak, dan kemudian mengangkat mobil. Salah-salah bisa tergelincir, salah satunya yang terjadi pada Direktur Utama Hutama Karya waktu itu – tetapi kemudian menghasilkan penemuan suatu sistem kerja yang dipatenkan yaitu Sosrobahu, yang diterapkan pada pembangunan jalan toll Cawang-Priok. Tetapi entah kenapa ya, sistem Sosrobahu tersebut tidak diterapkan pada pembangunan jalan layang non-toll yang dilakukan pada ruas berlalu-lintas padat saat ini.

Menggunakan kunci roda [walau dengan kunci palang] seringkali susah dilakukan, karena torsi yang dibutuhkan tidak mencukupi, apalagi bila seorang perempuan yang melakukannya dan roda itu sudah lama tidak pernah dibuka. Walau dengan menginjaknya [menggunakan berat badan sebagai kekuatan memutar]. Memperpanjang lengan merupakan suatu penyelesaian yang praktis. Jadi sebaiknya kita menyediakan pipa besi [pipa ledeng] yang cukup tebal, yang bisa masuk ke ujung kunci roda tersebut [untuk kunci palang akan memerlukan pipa besi dengan diameter yang lebih besar tentunya]. Panjang pipa besi yang tiga kali panjang kunci, kiranya sudah sangat memadai, tentunya yang lebih panjang [sebatas kepraktisannya] akan lebih meringankan.

Tetapi, bila anda berkendara sendirian dan perempuan lagi, bila menghadapi “gembos mendadak” yang diberitahukan oleh orang yang tidak dikenal, sebaiknya terus saja jalan sampai berada di tempat yang aman. Karena kemungkinan ban mobil anda tidak gembos, melainkan mereka akan menggembosi tas yang anda bawa. Beberapa hari yang lalu, seorang temanku – yang juga isteri dari temanku – mengalami nasib seperti itu. Semoga Allah swt akan memberikan ganti dengan yang lebih banyak dan lebih baik.

Barangkali itu keadaan darurat dalam mengendarai mobil, tetapi ada satu lagi yang agak sulit menanggulanginya, yaitu melawan rasa ngantuk sewaktu mengemudi. Pada bulan Ramadhan seperti ini, sekitar jam 15an, keponakanku menabrak bis yang sedang berjalan di lajurnya secara head-to-head, dalam keadaan tertidur seluruh isi mobil. Setelah menabrakpun, mereka masih tertidur, dan terbangun setelah kaca jendela diketok-ketok oleh orang yang akan menolongnya. Alhamdulillah, semuanya selamat tak kurang suatu apa. Mengukur kemampuan diri, dan beristirahat di waktu yang tepat. Jangan menunda untuk beristirahat, walau hanya sedetik [ya nggak begitulah] adalah kunci mengatasi keadaan darurat yang satu ini. Semoga hal seperti itu tak terjadi pada siapapun. Semoga.

 

Saifuddien Sjaaf Maskoen

TIP BARU [21 Februari 2013] :

Dalam suatu artikel di Internet, bahwa mengantuk itu adalah karena tubuh kita kekurangan oksigen [karena itu kita menguap /angop, khawatir anda artikan dengan menjadi uap], dan karena itu menghirup udara segar adalah salah satu cara mengatasinya. Bila anda dalam perjalanan jauh, ada baiknya membawa tabung oksigen dalam kaleng kecil, yang siap dihirupkan ke orang penderita sesak napas / asma / bengek. Bila ngantuk hirup oksigen dari kaleng itu. Bisa dibeli di apotik, tidak mahal dibanding kalau celaka.

 

Artikel dibawah ini saya peroleh dari sahabat saya ir. Chusnul Jaqien. Terima kasih ya.

JIKA MESIN KENDARAAN TIBA-TIBA MATI DI TENGAH REL KERETA

Mengapa jika mesin kendaraan bermotor tiba-tiba mati di lintasan rel kereta api sulit dihidupkan lagi? Ternyata itu disebabkan adanya pengaruh gesekan antara roda kereta dengan relnya. “Jadi, bukan semata-mata karena sopirnya gugup sehingga tidak bisa menghidupkan mesin kendaraannya, ” kata Dr Ir Djoko Sungkono, Kepala Laboratorium Motor Bakar Teknik Mesin Institut Teknologi Surabaya (ITS).

Selama ini sering terjadi kendaraan bermotor tiba-tiba mati mesinnya saat melintas di atas rel kereta api. Itu terjadi terutama ketika ada kereta yang mau lewat. Pengendaranya kesulitan menghidupkan kembali mesin kendaraannya itu. Akibatnya, kendaraan bermotor itu ditabrak kereta dalam hitungan sekian puluh detik berikutnya.

Kasus terbaru adalah seperti yang dialami Rektor dan Pembantu Rektor III Universitas Islam Darul Ulum Lamongan. Keduanya tewas karena mobil yang sedang melintas rel dihantam kereta api. Djoko lalu mengingatkan, jika mesin mobil tiba-tiba mati di atas rel, maka hendaknya penumpangnya segera keluar dan mendorongnya. Jika tidak, akan sangat membahayakan, jika kereta segera lewat. Dan jangan berusaha menghidupkan mesin! Yang anda lakukan adalah, keluar! dan mendorongnya! Kalaupun anda tidak sempat mendorong, setidaknya anda sudah berada diluar kendaraan dan bisa sewaktu-waktu lari menghindar.

Mengapa mesin bermotor susah dihidupkan? Kata Djoko, terjadi impedansi yang ditimbulkan oleh pergesekan roda kereta api dan relnya. Dan, impedansi itu yang cukup untuk mengakibatkan mesin mobil yang mati sulit menyala kembali. Kejadian itu terutama berpengaruh pada mobil atau kendaraan yang berbahan bakar bensin, meskipun kendaraan berbahan bakar solar juga ada yang terpengaruh. “Pada kendaraan yang berbahan bakar bensin, starternya digerakkan oleh dinamo,” paparnya. Dari dinamo ini dihasilkan medan magnet yang selanjutnya menggerakkan mesin mobil. Djoko mengatakan, hal tersebut tidak jadi masalah bila mesin mobil tersebut tidak mati. Namun bila mesin tersebut mati maka akan sulit untuk dihidupkan lagi. Medan impedansi tersebut tidak diperlukan jarak yang dekat untuk itu. Hal tersebut sudah mulai dapat berpengaruh ketika kereta api masih berjarak 1,5 km lokasi lintasan di mana kendaraan bermotor itu melintas rel.

Tambahan Sedikit:
Pengapian pada mesin bensin menggunakan percikan bunga api dari busi yang ditimbulkan oleh listrik bertegangan tinggi (high voltage) yang diproduksi oleh “coil.” Medan listrik statis yang ditimbulkan oleh rel karena gesekan roda kereta api dengan rel dapat mempengaruhi/ mengganggu produksi (besarnya) bunga api pada busi, sehingga mesin mudah mati. Tetapi hal ini hanya terjadi bila putaran (RPM) mesin rendah (putaran mesin idle). Akibatnya mesin sulit menyala bila di-start. Menyelamatkan diri dengan mendorong mobil adalah salah satu cara yang baik, namun sebelum turun JANGAN LUPA memposisisikan tuas transmisi pada posisi gigi NETRAL. Cara lain adalah bila kondisi accu (aki) masih bagus, anda tidak perlu turun dari mobil, masukkan tuas transmisi pada posisi gigi 1 (satu), kemudian start mobil (pedal coupling JANGAN diinjak). Maka mobil akan berjalan karena digerakkan oleh dinamo starter. Setidak-tidaknya mobil berjalan sampai menyeberangi rel kereta. Tetapi cara ini hanya bisa dilakukan untuk mobil yang bertransmisi MANUAL, TIDAK untuk mobil bertransmisi AUTOMATIC.

Untuk mobil matic maka penyelamatan hanya dengan cara mendorong, dan jangan lupa tuas transmisi pada posisi NETRAL (N), bukan parking (P). Putaran idle mesin mobil matic biasanya lebih tinggi daripada mobil manual, sehingga mesin tidak mudah mati.

To ALL :
PANDUAN yg bisa saya sampaikan ketika kondisi mensin menyala ( pada saat kita akan “menyebrang” rel tsb ) dari tulisan diatas adalah: Ketika melewati jalur rel lintasan KA disarankan utk menaikkan RPM / putaran mesin.

  • Untuk mobil manual transmisi yg dilakukan adalah injak pedal gas agak besar dan menggantungkan sedikit koplingnya. Lebih dikenal dgn istilah setengah kopling / cluth.
  • Untuk mobil matic transmisi biasanya RPM / putaran mesin sudah dikontrol oleh computernya. Aman deh. (atau mau lebih aman lagi gunakan option/pilihan gigi level rendah).
  • Untuk Bikers dgn sistem kopling, sama seperti manual transmisi, naikkan RPM/putaran mesin dgn cara tambah gas dan setengah kopling.
  • Untuk bikers dgn sistem automatic (bebek atau scooter), jangan lupa pindah gigi dahulu ke level rendah, disarankan gunakan gigi 1 saja.

Berdasarkan pengalaman, lebih baik melewatinya sedikit lebih cepat walaupun mobil/motor akan “bergoyang”.

Sering kita dengar kecelakaan Kereta Api Vs. Kendaraan (roda2/4) di lintasan kereta api (biasanya tanpa palang pintu). Kasus yang sering dijumpai adalah kendaraan macet di rel kereta dan tidak bisa digerakkan dan akhirnya disambutlah oleh kereta.

Terlepas dari segi “dunia lain”, saya pernah dikasih tau sama tetangga (penjelasan versi ilmiah), begini ceritanya: ” Ketika rel dilewati kereta api, dalam jarak tertentu akan timbul medan magnet dimana hal tersebut yang sering menjadikan mesin kendaraan mati dan kendaraan sulit untuk digerakkan ”

Note: Terakhir yang saya denger – mudik lebaran – kejadian di Purwodadi (kebetulan keluarga tersebut satu kota dengan saya). Ketika mobilnya melewati rel tanpa palang pintu, ditengah rel macet dan disambut kereta. Last result = fatality

Mungkin ada yang punya penjelasan selain yang disampaikan tetangga saya 🙂

 

 

Safe Regards,
Hary
imam@depriwangga. com

RAMADHAN 20

Februari 22, 2013

 

Untuk menuliskan sesuatu, bila telah punya gagasan yang akan ditulis sepertinya akan dapat mengalir seperti aliran sungai, tetapi bila sedang paceklik – sepertinya tidak ada kata-kata yang dapat dituliskan. Seperti itulah keadaan saya tadi pagi, ketika akan menuliskan RAMADHAN 19, untuk persiapan esok pagi. Anda bisa melihatnya, kapan saya menuliskannya pada SSM ttbbhh yang ada pada nama filenya. Sambil menatap layar komputer dengan kosong, yang tidak biasanya saya membuka direktori dengan urutan abjad, koq kali itu melakukannya. Dan menemukan file yang kemudian saya sertakan pada halaman kedua tersebut.

Betullah firman Allah swt “Fainna ma’al ‘usri yusro, inna ma’al ‘usri yusro”. Saya kemudian dapat menuliskan RAMADHAN 19, yang satu halamannya berupa kutipan. Tidak apa-apa kan, bahkan satu halaman tersebut lebih berbobot dibanding tulisanku yang dua atau tiga halaman, bukan? Hanya saya memikirkan waktu itu, apakah artikel itu sudah pernah saya sampaikan ke teman-teman atau belum, itu saja.

Keberadaan Jon Gordon, dengan The Energy Bus-nya, diperkenalkan oleh seorang teman beberapa tahun silam, dan secara berkala saya menerima email dari Jon Gordon, yang walau tujuan utamanya adalah untuk memasarkan buku-buku yang ditulisnya, tetapi dia tidak segan-segan untuk mengutipkan isi bukunya seperti yang saya sertakan kemarin. Ya semacam icip-icip atau diintipkan lewat jendela. Selama ini, walau sudah mencicipi dan tahu ada buku-buku bagus seperti itu, ya tidak pernah berusaha untuk mencarinya. Maksudnyamencari yang gratisan. He he.

Ketika tadi saya menuliskan judul-judul buku tulisan Jon Gordon, dan menunjukkan website-nya, saya belum terfikir apa-apa tentang tindak lanjut yang bisa dilakukan. Baru kemudian, lho saya juga kan hanya ngiming-ngiming anda semua. Lalu kemudian terfikir, mengapa tidak saya mencari buku tersebut di “toko-buku-langganan” yang baru saya ketahui beberapa minggu silam. Dan mencoba mencarinya, ternyata dapat sebagian dan bahkan dapat imbuh dari pengarang lain yang isi bukunya senafas. Alhamdulillah. Ya Allah, Engkau telah menunjukkan aku kepada jalan kemudahan.

Semoga nanti memberi manfaat.

 

Saifuddien Sjaaf Maskoen

RAMADHAN 19

Februari 22, 2013

 

Kampiun, mungkin sudah agak jarang kita dengar alam percakapan sehari-hari atau dalam tulisan. Sudah lama digantikan dengan kata juara. Barangkali kita saat ini kalau mendengar atau membaca kata kampiun, asosiasi kita bukanlah kepada pengertian juara, melainkan pada makanan yang dijual di bopet a’la Padang, yaitu bubur kampiun. Mungkin juga berasal dari pengertian juara juga, bubur yang di Jawa dikenal sebagai bubur sumsum, yang biasanya dihidangkan pada suatu acara pembubaran panitia atau selesai diselenggarakannya suatu hajatan, dengan harapan semua penat-penat akan sirna.

Kalau bubur sumsum betul-betul mengandung sumsum tulang belakang atau bagian tulang sapi, barangkali mitos tersebut dapat dibenarkan, karena sumsum mengandungi zat-zat yang berupa sel-serbaguna yang akan menggantikan sel-sel tubuh yang rusak karena kerja yang melelahkan. Tetapi yang disebut bubur sumsum [dan mungkin juga bubur kampiun] hanyalah terdiri atas tepung beras dan santan kelapa. Waktu menyantapnya diberi lelehan gula merah [gula Jawa], apa iya akan menghilangkan penat-penat?

Di kota tempat kelahiranku dulu, bubur semacam itu disebut bubur lemu, dan lebih banyak disuapkan kepada bayi atau balita ketika mulai diperkenalkan pada makanan padat [yang halus]. Baru setelah memasuki Jakarta, saya mengenal bubur sumsum tersebut, yang semula saya kira betul-betul mengandung sumsum, ee tahunya hanya bubur lemu jualannya buk.

Kita sering mendengar, bila mana seorang petarung yang dinilai memiliki kemampuan lebih unggul dan diatas kertas diperkirakan akan memenangkan pertandingan – terutama pada pertandingan final – untuk menentukan siapa yang berhak menyandang gelar juara, dan ternyata kemudian kalah maka dikatakan petarung tersebut tidak memiliki mental juara.

Benarkah ada yang disebut mental juara itu? Dan kalau ada, apa sajakah hal-hal yang berkenaan dengan mental juara tersebut? Pada halaman berikut, saya kutipkan suatu tulisan dari Jon Gordon, mengenai lima hal yang harus ada dibenak seorang kampiun. Dan katanya itu harus dipelajari dan bisa dipelajari, bukan bawaan orok atau gawan bayek. Tapi rupanya termasuk barang yang mudah dikatakan dan sulit untuk dilaksanakan. Kelima hal tersebut berkenaan dengan mindset and believe system [pola pikir dan keyakinan diri] yang ada di benak kita.

Si Jon ini banyak menulis buku, antara lain The Energy Bus, No Complaining Rules, Training Camp, dan The Seeds. Anda bisa menemuinya di http://www.jongordon.com/ dan anda bisa memperoleh kiriman tips mingguannya [yang merupakan bagian dari promosi bukunya sih].

Wa Allahu a’lam

 

Saifuddien Sjaaf Maskoen

 

5 WAYS TO THINK LIKE A CHAMPION

 

I meet and learn from Champions every day. Not just in locker rooms but in classrooms, hospitals, homeless shelters, homes and office buildings. I’ve learned that to be a champion you must Think Like a Champion. Champions think differently than everyone else. They approach their life and work with a different mindset and belief system that separates them from the pack.

  1. 1.     Champions Expect to Win – When they walk on the court, on the field, into a meeting or in a classroom they expect to win. In fact they are surprised when they don’t win. They expect success and their positive beliefs often lead to positive actions and outcomes. They win in their mind first and then they win in the hearts and minds of their customers, students or fans.
  2. 2.     Champions Celebrate the Small Wins – By celebrating the small wins champions gain the confidence to go after the big wins. Big wins and big success happen through the accumulation of many small victories. This doesn’t mean champions become complacent. Rather, with the right kind of celebration and reinforcement, champions work harder, practice more and believe they can do greater things.
  3. 3.     Champions Don’t Make Excuses When They Don’t Win – They don’t focus on the faults of others. They focus on what they can do better. They see their mistakes and defeats as opportunities for growth. As a result they become stronger, wiser and better.
  4. 4.     Champions Focus on What They Get To Do, Not What They Have To Do – They see their life and work as a gift not an obligation. They know that if they want to achieve a certain outcome they must commit to and appreciate the process. They may not love every minute of their journey but their attitude and will helps them develop their skill.
  5. 5.     Champions Believe They Will Experience More Wins in the Future – Their faith is greater than their fear. Their positive energy is greater than the chorus of negativity. Their certainty is greater than all the doubt. Their passion and purpose are greater than their challenges. In spite of their situation champions believe their best days are ahead of them, not behind them.

If you don’t think you have
what it takes to be a champion, think again.
Champions aren’t born.
They are shaped and molded.
And as iron sharpens iron you can develop
your mindset and the mindset of your team
with the right thinking, beliefs and expectations
that lead to powerful actions.

RAMADHAN 18

Februari 22, 2013

 

Beberapa hari yang lalu, seorang teman mengirimkan email kepada saya, yang isinya seperti ini:

Proses utk bisa jadi pemimpin itu yg bener gimana ya pak? Murni dipilih, diusung massa, atau ybs berbuat sesuatu spy dipilih dan menggalang massa sebanyak-banyaknya spy memilih? Kalo yg pertama bisa disebut tanpa ongkos, sementara yg ke 2 ongkosnya guede banget…(Fokusnya bukan jual program, tp ‘beli suara’)

Jaman sekarang, gak mungkin pake cara pertama utk bisa menjadi pemimpin pemerintahan atau bahkan perusahaan sekalipun. Kecuali ybs kuaya banget dan ingin beraktualisasi diri menjadi pemimpin negara…

Tentu saja itu dituliskannya berdasarkan apa yang dilihat, dirasakan dan diamati olehnya selama ini. Barangkali kebanyakan kita, yang masih mau sedikitkan melihat, merasakan dan mengamati apa yang terjadi di sekitar kita, akhirnya akan berkesimpulan yang sama dengan temanku ini. Mungkin yang kita lihat, kita rasakan dan kita amati adalah yang terjadi dengan berbagai jenis pemilihan yang dilakukan atas nama demokrasi, apakah pemilihan bupati/walikota, pemilihan gubernur, pemiihan anggota dewan yang terhormat pada berbagai tingkatan, sampai pemilihan pemimpin puncak di negeri ini, yaitu pemilihan presiden. Dan mungkin juga pada pemilihan pengurus partai, sebagaimana yang dikicaukan dengan riang oleh Nazaruddin tentang pemilihan pada partainya, walaupun sekarang “burungnya” seperti tidak berkicau lagi. Yang kesemuanya itu dikelola berdasarkan asas demokrasi yang diunggulkan saat ini. Betapa kita dambakannya demokrasi tersebut, karena mungkin kita tidak merasakan atau bahkan mencium baunya selama bertahun-tahun, bahkan puluhan tahun, pada era orde lama dan era orde baru. Demokrasi bagi bangsa ini seperti menjadi kata merdeka bagi rakyat terjajah, sebagaimana potongan bait lagu [lupa judul dan syair lengkapnya]

Susah itu hanyalah bagi rakyat terjajah,
Merdeka, gembiralah

Yah begitulah kemudahan yang diberikan pada jaman ini, dengan adanya Kyai Google [sebutan dari Mas Komaruddin Hidayat, pada acara televisi kemarin sore] ketemulah syair lengkapnya

GEMBIRA….

Gembira… gembira, s’apa tak mau gembira
gembira…. gembira…gembira itu merdeka….
Siapa… siapa….Siapa mau bersusah…

Susah itu hanyalah bagi rakyat terjajah
merdeka… gembiralah

 

Masih bisa kan, untuk menyanyikannya? Semoga. Dan semoga tidak menetes air matanya.

Terus terang, saya jadi terharu. Teringat ketika menyanyikannya dalam barisan ketika sedang berpawai obor pada peringatan 17 Agustus di awal-awal setelah penyerahan kedaulatan dulu, ketika masih duduk di SD kelas 3 atau 4.

Bagaimanapun, kita harus gembira dan bersyukur atas apa yang telah dicapai oleh bangsa ini hingga saat ini, walaupun mungkin kita berpendapat, seandainya semuanya berjalan on the right track, bangsa ini sudah akan lebih jauh berada di depan diantara bangsa-bangsa lain di sekitarnya, apalagi dengan bangsa tetangga kita yang merdeka belakangan. Semoga kita bisa mengejar ketertinggalan ini, dengan izin Allah swt. Tentunya dengan pijakan yang lebih kuat, dan proses yang lebih terarah dan efisien.

Kenapa bangsa ini selalu menghadapi proses bangun-jatuh [bukan jatuh bangun ya] sehingga pengembangan bangsa ini jadi terhambat. Walau bagaimanapun, apa yang sudah dicapai haruslah kita syukuri, tanpa adanya kemerdekaan dan upaya membangun bangsa ini, mungkin saya tidak akan mengetik di laptopku, dan anda tidak akan membaca apa yang saya kirimkan di BlackBerry, iPad atau peralatan lainnya. Alhamdulillah.

Apakah ada sesuatu yang salah dari bangsa ini, sehingga perjalanan menuju Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur, sepertinya banyak menemui aral yang melintang, dan pergantian pemimpin nasional sering terjadi dengan keributan, layaknya negeri Singosari yang terkena serapah dari Empu Gandrung. Semoga keadaan seperti ini akan segera berakhir dan kita memasuki jaman baru, sebagaimana yang dicita-citakan dan diharapkan oleh para pendiri bangsa ini.

Rasulullah s.a.w. telah memberikan arahan kepada kita semua, untuk mengenali syarat yang perlu dipunyai oleh seorang pemimpin, yaitu Shiddiq, Tabligh, Amanah dan Fathonah. Pemimpin pada berbagai tingkatan kepemimpinan, dan pada berbagai bidang, kiranya hal itu berlaku. Bukan kita harus memilih 3 dari 4 syarat yang terpenuhi, melainkan ke-empat-empatnya harus dimiliki pada skala tertinggi dari seorang pemimpin.

Dalam banyak literatur tentang organisasi perusahaan, sering dibedakan antara pemimpin [leader] dan manajer [manager]. Apakah seseorang itu leader atau manager. Mungkin bangsa kita perlu memiliki panduan, untuk suatu jabatan tertentu – baik kenegaraan maupun pemerintahan – apakah lebih sesuai dijabat oleh seorang dengan ciri leader atau seorang dengan ciri manager.

Kita juga sama-sama mengetahui, bahwa banyak persyaratan untuk suatu jabatan yang terlalu rendah ditetapkan [dengan maksud agar orang digolongannya bisa memenuhi syarat tersebut], dan sudah itu dipalsukan pula agar terpenuhi. Tentu saja kita bisa bertanya, apa yang bisa kita harapkan dari seorang pemimpin yang semacam itu, yang memalsukan ijazahnya.

Dan juga, apakah di lingkungan pemerintahan memiliki Prosedur Tindakan Perbaikan (Corrective Action) dan Prosedur Tindakan Pencegahan (Preventive Action) atas berbagai hal yang terjadi, khususnya di bidang penanganan korupsi selama ini. Kalau di Menpora ada kasus seperti itu, juga di Kemendiknas, Kemensos, Kemendagri, tentunya di kementerian lainnya. Setidaknya oleh KPK, Kepolisian dan Kejaksaan Agung serta aparat penegak hukum lainnya. Apakah mereka tiak tahu akan hal seperti itu, atau sengaja tidak melakukannya demi mempertahankan eksistensinya.

Karena dengan adanya kedua prosedur tersebut, maka semua masalah atau perkara yang muncul, bukannya akan diisolasi tetapi malah akan dilebarkan selebar-lebarnya, terutama pada Tindakan Pencegahannya. Saya teringat akan contoh yang diberikan oleh seorang assessor ISO 9002 waktu itu tentang bagaimana tindakan yang perlu dilakukan berkenaan dengan terjadi hooliganisme oleh supporter Inggris di Belgia [?] yang mengakibatkan banyak nyawa melayang. Berbagai pengkajian harus dilakukan bukan saja pada cabang olah raga sepak bola [yang sudah terjadi] tetapi juga pada cabang olah raga lainnya [seperti bola vollei dan lain-lainnya].

Mungkin anda masih ingat, kejadian beberapa tahun yang lalu yang menyebabkan aliran listrik ke Pulau Madura terputus selama 3 bulan, karena kabel pensuplai arusnya putus tertarik oleh jangkar kapal yang membuang sauh disana. Hanya pemasangan kembali yang dilakukan, dan seminggu setelah listrik menyala, kejadian serupa terulang kembali – untungnya belum sampai putus kabelnya, karena anak buah kapal merasa ada yang aneh waktu menarik jangkar. Sekali lagi ada kabel yang terikut.

Tetapi yang membuat saya sangat terkejut, adalah bagian dari pertanyaan atau pernyataan teman saya tadi “Jaman sekarang, gak mungkin pake cara pertama utk bisa menjadi pemimpin pemerintahan atau bahkan perusahaan sekalipun”. Apa sudah sampai melebar kesana? Kalaupun Mungkin itu suatu kekhawatiran saja, tetapi akalau itu sudah terjadi tentunya bukan perusahaan milik swasta atau keluarga, karena dia bekerja di sebuah badan usaha milik negara.

Ada satu hadist Rasulullah s.a.w. yang artinya kira-kira “Jika suatu pekerjaan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah khancurannya”. Kalau benar pertanyaan atau pernyataan teman saya tadi, naudzu billahi min dzalik. Ya Allah, lindungilah kami dari berbagai kerusakan yang akan terjadi pada bangsa ini, akibat salah penempatan [atau karena kami salah memilih] pemimpin-pemimpin kami. Jauhkanlah kami dan negeri ini dari kehancuran yang mungkin dapat ditimbulkan dari kesalahan yang telah kami perbuat. Ampunilah kami ya Allah. Anugerahkan petunjuk dan hidayah kepada bangsa ini beserta pemimpin dan “pemimpin”nya sehingga bangsa ini dapat lebih cepat mencapai apa yang dicita-citakan oleh para pendiri bangsa kami, sebagaimana yang dirumuskan dalam Piagam Jakarta 22 Juni 1945,antara lain Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur. Amien.

Wa Allahu a’lam.

 

Saifuddien Sjaaf Maskoen

RAMADHAN 17

Februari 22, 2013

Dirgahayu Republik Indonesia
pada Ulang Tahun nya yang ke 66
menurut hitungan kalender syamsiyah,
dan yang ke 68 tahun dalam hitungan kalender qomariyah.

Semoga Allah swt memudahkan bangsa ini dalam mencapai
apa yang dicita-citakan oleh para pendiri bangsa
di saat memproklamasikan kemerdekaan pada Jumat
17 Agustus 1945 M
yang bertepatan juga dengan
8 Ramadhan 1364 H.

Apa yang dicita-citakan oleh para pendiri bangsa ini, tidaklah dapat kita lihat dalam teks proklamasi yang memang dibuat sangat singkat dan padat, yang menekankan pada upaya jangka pendek yang akan menentukan masa depan, yaitu pemindahan kekuasaan.

Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.

Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan

dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.

Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05

Atas nama bangsa Indonesia.

Soekarno/Hatta

Dalam peristilahan saat ini, rationale, vision, mission dan principles dari negara bangsa yang akan diwujudkan, telah lama dibahas dan kemudian disimpulkan oleh panitia sembilan [karena terdiri dari sembilan orang] yaitu Ir. Soekarno, Mohammad Hatta, A.A. Maramis, Abikusno Tjokrosujoso, Abdulkahar Muzakir, H.A. Salim, Achmad Subardjo, Wachid Hasjim, Muhammad Yamin pada tanggal 22 Juni 1945, yang dikenal sebagai Piagam Jakarta, yaitu

Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.

Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.

Atas berkat Rahmat Allah Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia dengan menyatakan kemerdekaanya.

Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan Indonesia itu dalam suatu hukum dasar Negara Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada: Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Bagi anak bangsa yang hidup saat ini – apalagi generasi mendatang – tata bahasa dan susunan kalimatnya agak janggal didengar oleh telinga kita, tapi itulah bukti sejarah. Upaya untuk mengubahnya, – dalam istilah sekarang – bida digolongkan sebagai mengubah barang bukti, sesuatu yang melanggar hukum. Apalagi bila menghilangkan barang bukti dan menggantinya dengan sesuatu yang lain.

Antara dokumen Piagam Jakarta, yang kemudian dijadikan Pembukaan Undang-Undang dasar 1945 dengan sedikit perubahan tentang dasar negara dengan tidak diikut-sertakannya serangkaian kata-kata “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya, menurut dasar” dan menggantinya dengan “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dan itu adalah kenyataan sejarah.

Isi atau batang tubuh dari Undang-Undang Dasar 1945 saat ini telah banyak mengalami perubahan, ada yang dihilangkan dan ada pula yang ditambahkan, tetapi syukurlah Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 tersebut masih utuh seperti sediakala. Dan memang tidak perlu ada yang diubah, karena itu merupakan rationale, vision, mission dan principles yang ditetapkan oleh para pendiri bangsa ini. Sesuatu yang menyatakan keadaan pada masa sebelum dan keadaan saat dinyatakannya kemerdekaan.

Teks Piagam Jakarta itu, seandainya diterjemahkan ke bahasa Arab dan dibacakan oleh seseorang, maka seakan-akan anda sedang mendengarkan bagian awal dari khotbah Jumat.bagian rationale, didahului dengan kata “bahwa” – “inna” dan selanjutnya anda akan mendengar “amma ba’du” yang diterjemahkan sebagai “kemudian dari pada itu”. Ini sangatlah khas, dan tidaklah mengherankan karena disana setidaknya ada Abdulkahar Muzakir, H.A. Salim, Achmad Subardjo, Wachid Hasjim, yang sering menggunakan kata-kata tersebut dan yang lain sering mendengarnya pada saat khotbah Jumat, barangkali kecuali A.A. Maramis.

Wa Allahu a’lam.

Saifuddien Sjaaf Maskoen

Piagam Jakarta

 

Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.

Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.

Atas berkat Rahmat Allah Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia dengan menyatakan kemerdekaanya.

Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan Indonesia itu dalam suatu hukum dasar Negara Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada: Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Pembukaan

Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.

Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.

Atas berkat Rahmat Allah Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia dengan menyatakan kemerdekaanya.

Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan Indonesia itu dalam suatu hukum dasar Negara Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada: Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta dengan mewujudkan keadilansosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

 

RAMADHAN 16

Februari 22, 2013

Hari-hari terakhir ini, kita memperoleh khabar bahwa beberapa gunung berapi di negeri ini sedang menggeliat, menunjukkan tanda kehidupannya untuk mengeluarkan lava yang selama ini berada dalam perut bumi. Kali ini, gunung-gunung itu adalah Gunung Soputan, Lokon, Ibu, Karangetang, Marapi dan Papandayan.  Dan beberapa bulan silam, belum lepas dari ingatan kita, adalah Gunung Merapi di bagian tengah pulau Jawa, dan juga Gunung Bromo dan Gunung Semeru.

Wilayah bumi pertiwi memiliki banyak gunung-gunung dan sebagian besar diantaranya masih aktif. Mulai dari ujung barat-utara sepanjang Bukit Barisan, menyeberangi Selat Sunda, ke Pulau Jawa mulai dari barat hingga ke timur, terus ke Bali – Lombok dan kepualauan Nusa Tenggara dan naik lagi ke Sulawesi dan Maluku. Sepertinya Kalimantan dan Irian atau Papua yang sudah tidak lagi memiliki gunung yang aktif.

Gunung berapi, merupakan salah satu bagian dari dinamika alam yang memang terus-menerus akan terjadi, sebagaimana gempa, angin topan, banjir dan sebagainya. Hampir semuanya, tidaklah ada peran manusia di dalamnya, kecuali atas terjadinya banjir dan longsor dalam skala kecil. Karena banjir dan longsor dalam skala besar, memang diluar jangkauan kegiatan manusia.

Sebagian dari dinamika alam tersebut, akhir-akhir ini, berkat kemajuan ilmu dan teknologi telah dapat diperkirakan sebelumnya baik besaran/skala kekuatan maupun kapan waktu terjadinya, sehingga dapat dikurangi korban yang akan ditimbulkan dengan berbagai upaya evakuasi dan sebagainya. Sebagian lagi, seperti gempa hingga saat ini belum bisa diperkirakan saat akan terjadinya, walau sudah bisa diperkirakan bahwa akan ada gempa pada suatu kisaran waktu tertentu.

Dinamika alam tersebut, di satu sisi kita melihatnya sebagai suatu bencana karena kerusakan yang ditimbulkannya, bahkan korban nyawa yang mungkin direnggutnya, tetapi ada juga manfaat yang dibawanya serta, seperti kesuburan tanah dan lain-lain.

Anda bisa memperdalam pengetahuan dan memperoleh informasi mengenai gempa, pergeseran kulit bumi, kegiatan gunung berapi dan lain-lain dari usgs.gov, dan bahkan anda bisa mendaftarkan untuk menerima informasi mengenai suatu gempa di wilayah yang anda pilih, dan dengan skala magnitude yang anda tentukan, melalui e-mail seperti contoh ini:

Region:                            SOUTHERN SUMATRA, INDONESIA
Geographic coordinates:             4.993S, 102.726E
Magnitude:                        5.0 Mb
Depth:                            63 km
Universal Time (UTC):             13 Aug 2011  20:22:10
Time near the Epicenter:          14 Aug 2011  03:22:10
Local standard time in your area: 14 Aug 2011  03:22:10

Location with respect to nearby cities:
146 km (90 miles) SSE (160 degrees) of Bengkulu, Sumatra, Indonesia
286 km (178 miles) W (280 degrees) of T.-Telukbetung, Sumatra, Indonesia
317 km (197 miles) SW (225 degrees) of Palembang, Sumatra, Indonesia
463 km (288 miles) WNW (286 degrees) of JAKARTA, Java, Indonesia

ADDITIONAL EARTHQUAKE PARAMETERS
________________________________
event ID                     :  US c0005dze

This event has been reviewed by a seismologist at NEIC
For subsequent updates, maps, and technical information, see:
http://earthquake.usgs.gov/eqcenter/recenteqsww/Quakes/usc0005dze.php
or
http://earthquake.usgs.gov/

National Earthquake Information Center U.S. Geological Survey
http://neic.usgs.gov/

setiap kali ada gempa terjadi. Karena gempa susulan di Sendai [Fukushima], maka ada sedikit perubahan kebijakan pengiriman, berkenaan dengan up-date, karena gempa susulan di Sendai kemarin ini, bisa puluhan dan ratusan dalam sehari dengan skala > 5 M.

Anda bisa juga langsung menuju ke website ini, untuk mengetahui dan memperdalam berbagai hal tentang kebumian http://pubs.usgs.gov/gip/dynamic/dynamic.html, dan anda bisa mendownload suatu ebook atau informasi lainnya disana.

Gempa yang terjadi di suatu tempat dapat berdampak pada hal yang lainnya, di suatu tempat yang berjauhan, seperti tsunami yang sudah kita ketahui, seperti halnya tsunami Aceh beberapa tahun silam. Genpa Sendai kemarinpun, telah membuat suatu rengkahan gunung es, dan terlepas dari induknya sebagaimana ditunjukkan oleh gambar dari satelit di halaman berikut ini, yang diperoleh dari European Space Agency.

Japan tsunami caused icebergs to break off in Antarctica

Sulzberger Ice Shelf

9 August 2011
The effects of the March 2011 earthquake and subsequent tsunami that devastated areas of Japan can be seen as far away as Antarctica. Satellite images show new icebergs were created after the tsunami hit the Sulzberger Ice Shelf.
Using radar images acquired by ESA’s Envisat satellite, a NASA team was able to spot the icebergs – the largest measuring about 6.5 by 9.5 km in surface area and about 80 m in thickness.

The findings linking the tsunami to the calving event by NASA’s Kelly Brunt, a cryosphere specialist at Goddard Space Flight Center in Greenbelt, Maryland, and her colleagues were published in the online Journal of Glaciology on Monday.

The Tohoku 9.0 magnitude earthquake that stuck off the coast of Japan triggered a tsunami with giant waves. The waves then propagated through the Pacific Ocean over 13 000 km south to the Sulzberger Ice Shelf in Antarctica, causing large chunks of ice to break off and float into the Ross Sea.

The waves were likely only about 30 cm high when they reached the Sulzberger shelf, but the consistency of the waves created enough stress to cause the break off.

“These new findings in Antarctica demonstrate that satellite observations are essential to understanding the mechanisms and effects associated with natural disasters,” said Henri Laur, ESA Envisat Mission Manager.

Wa Allahu a’lam

Saifuddien Sjaaf Maskoen

RAMADHAN 15

Februari 22, 2013

Hari Sabtu ini, ketika saya mengetik ini, masyarakat tertentu dan media massa menunggu-nunggu dengan berbagai pikiran tentang kedatangan orang yang selama ini dicari-cari, dan sudah ditangkap, dan sedang dalam perjalanan ke Indonesia. Kelihatannya, ini mendapatkan banyak perhatian dari banyak orang, karena merupakan seseorang buruan yang sempat dibawa pulang ke negeri asal, melalui jalan yang panjang. Agak berbeda dengan Gayus yang tidak lama berada di luar negeri. Juga berbeda pula, karena yang satu ini menyangkut seorang pejabat partai besar yang tentu banyak yang berkepentingan.

Pembicaraan bertambah ramai, setelah pengacaranya yang sempat pergi ke Kolombia, yang pulang naik pesawat reguler telah tiba di Jakarta dan muncul di televisi yang selama ini memang gencar memberitakan tentang Nazaruddin selama dalam pelariannya. Koq yang naik pesawat carter dengan biaya mahal belum sampai, pada hal yang naik pesawat reguler sudah sampai? Dan bermacam pikiranpun berkembang, yang terutama didasari oleh prasangka kepada pihak tertentu.

Kalau menurut saya, yang sering bawa mobil nyetir sendiri ketika ke Gresik atau Sumenep, waktu perjalanan saya jauh lebih lama dari bis, apalagi bis malam kilat seperti Lorena atau sesaudaranya. Tentunya pesawat charter yang kecepatan dan kapasitasnya terbatas, sampai-sampai wakil dari Kedutaan Besar saja tidak bisa ikut, tidak membawa pilot dan ko-pilot cadangan seperti halnya bisa malam kilat, yang setiap 8 jam ganti sopir [atau malah 4 jam, sesuai peraturan DLLAJR]. Begitu juga pesawat komersial reguler, yang tentu menggunakan pilot dan ko-pilot cadangan untuk menggantikan. Ya, ini hanya perkiraan berdasarkan logika saya, mendasarkan pada apa yang saya alami [bukan pengalaman] beberap akali melakukan perjalanan jauh di darat. Juga tidak tahu, mengapa melalui jalur Atlantik, dan bukannya jalur Pasifik dengan stop-over di Hawaii, dan Biak bilamana perlu.

Atas apa yang dialami Nazaruddin di Kolombia, pengacaranya dan pihak pengamat [Johnson Panjaitan] berapi-api menuntut dan mencurigai perlakukan yang dilakukan oleh yang berwajib. Mungkin akan lebih baik, kalau tidak berprasangka buruk kepada pihak yang bewajib. Prasangka buruk itu, terlihat jelas ditunjukkan oleh pembawa acara adan yang diwawancara di salah satu program breaking news, [semoga saya salah] ketika ada sebuat pesawat jet kecil mendarat dengan kode pesawat PK- yang memang kode pesawat yang terdaftar di Indonesia. Tetapi, beberapa menit kemudian mulailah mendarat pesawat yang sejenis, dan ternyata pesawat yang terakhir inilah yang membawa Nazaruddin. Dan tidak ada satupun, yang mengomentari tentang kode N [untuk Amerika Serikat], karena memang dikabarkan sebelumnya, bahwa pesawat dicharter dari Amerika Serikat.

Rupanya kita sudah terlalu terbiasa, sehingga harus berprasangka buruk kepada penguasa bahwa penguasa akan memengaruhi proses pengadilan yang seharusnya tidak dipengaruhi oleh siapapun. Saya jadi teringat akan peristiwa yang terjadi di ITB saat itu, yaitu saat ditembaknya Renee Louis Conraad, seorang mahasiswa ITB dalam suatu pertiakaian dengan sejumlah Taruna Akademi Kepolisian, yang dimulai di Lapangan Sepakbola Kampus ITB dan sampai berlanjut ke Jalan Ganeca depan Asrama F. Yang diajukan ke pengadilan adalah seorang atau lebih anggota Brimob yang bertugas. Kalau tidak salah, bang Buyung Adnan Nasution bertindak selaku pembela terdakwa.

Konon peristiwa itu tidak berdiri sendiri, tetapi bermula dari praktek lapangan yang dilakukan oleh Taruna Akademi Kepolisian tersebut di kota Bandung, sebelum mereka mengakhiri masa pendidikan-nya. Mereka mengadakan suatu razzia atas pemuda-pemudi yang menggunakan celana cut-bray atau ketat atau berambut gondrong. Beberapa mahasiswa-mahasiswi ITB, bahkan dosennya – dari jurusan Seni Rupa, terkena razzia walaupun sudah menunjukkan identitas sebagai mahasiswa bahkan dosen jurusan Seni Rupa. Mereka memang kelompok manusia yang mengikuti mode, maklum seniman. Dewan Mahasiswa ITB, kalau tidak salah memprotes tindakan Taruna Akpol tersebut ke Polda Jabar atau Polwiltabes Bandung. Dan disepakati untuk mendamaikan kedua generasi muda ini, akan diadakan pertandingan persahabatan sepak bola di lapangan Kampus ITB.

Entah siapa yang mengusulkan diadakannya pertandingan tersebut, karena tanpa ada suatu bibit apapun, pertandingan olah raga yang memungkinkan terjadinya kontak fisik antara pemain memiliki kecenderungan kuat untuk memicu konflik. Bahkan pada waktu itu, ada dua negara di Amerika Tengah yang sempat berperang di perbatasannya gara-gara pertandingan sepak bola. Dan “anything can go wrong, will” sebagaimana dinyatakan oleh Murphy’s Law.

Dari cerita yang saya peroleh, karena saat itu tidak seperti biasanya saya sudah pulang agak siang, ndilalah, koq kesebelasan mahasiswa ITB berhasil memasukkan gol lebih dahulu.Maka mulut-mulut cuwawak mulai mengolok-ngolok pihak lawan. Antara lain ada yang memegang bola dan keluar masuk gawang lawan [kalau tidak salah bernama Pudjo – mahasiswa Farmasi ITB]. Hal ini rupanya membuat pitam para Taruna, dan ada salah seorang Taruna yang akan membanting mahasiswa ITB dengan bantingan bergaya bela diri judo. Ndilalah lagi, bukannya mahasiswa ITB yang mau dibanting yang jatuh, tetapi justru Taruna-nya yang jatuh, ee tahunya mahasiswa ini adalah jagoan judo.

Katanya kemudian permainan dihentikan, dan kekacauan dilerai dan ditenangkan. Kemudian datang sepasukan Brimob – entah siapa yang melaporkan – dan kemudian diselesaikan. Mahasiswa pulang, begitu pula para tamu. Entah apa pula yang memicunya lagi, ketika Louis Renee Conraad – yang mengendarai motor gede Harley Davidson melewati rombongan tamu di sisi barat Jalan Ganeca, terdengar tembakan, dan dia terluka. Yang menjadi perdebatan ramai di persidangan kala itu, mengapa korban tidak dibawa ke RS Borromeus yang berada di ujung timur Jalan Ganesa, melainkan dibawa ke Polres di Jalan Merdeka dan digeletakkan disana sehingga menemui ajalnya.

Dalam proses pengadilan, malah justru mahasiswa bersimpati dan memberikan bantuan moril dan materieel kepada yang didakwa dan kemudian terpidana, yang tamtama Brimod itu. Entahlah para taruna itu kemudian menjadi apa, tetapi sepertinya mereka sudah pensiun saat ini.

Memang, katanya banyak sekali perkara yang diajukan ke pengadilan, sudah diatur terlebih dahulu. Seperti perkara Antasari, Gayus dan lain-lainnya, yang kemudian mengakibatkan polisinya, jaksanya dan juga hakimnya juga diperkarakan. Juga perkara Munir, yang katanya aktor inteletualnya belum diungkap, dan sebagainya. Mungkin karena hal-hal seperti itu,maka kalangan pengamat hukum dan pengacara sudah lebih dahulu meragukan proses yang akan dijalani oleh Nazaruddin ini. Semoga keadaannya tidak seburuk yang dibayangkan para pengamat dan pengacara yang selama ini banyak nditayangkan di acara televisi. Semoga penegakan hukum dapat berlangsung lebih baik. Semoga Allah swt memberikan petunjuk kepada mereka yang terlibat dalam kasus ini.

Wa Allahu a’lam.

 

Saifuddien Sjaaf Maskoen

RAMADHAN 14

Februari 22, 2013

 

Subhanallah. Allah swt telah menjadikan manusia dengan segala kemampuannya yang prima, walau berbeda satu dengan yang lainnya. Ada yang memiliki kelemahan dari sisi fisik, tetapi memiliki kelebihan dari sisi intelektualnya, dan begitu pula sebaliknya, memiliki keunggulan fisik tetapi agak kurang beruntung dari sisi intelektualitasnya. Semuanya, diciptakan Allah swt dengan niat yang baik.

Akhir-akhir ini, kita banyak mendengar tentang anak-anak yang berkebutuhan khusus, yang dalam dunia pendidikan digolongkan sebagai special educational need [SEN], yang jumlahnya sepertinya terus meningkat dari tahun ke tahun, terutama di negara-negara maju seperti Amerika Serikat. Para ahli masih terus menelitinya, guna mengetahui dan menguak misteri dibalik itu semua, seperti yang sering kita dengan sebutan anak autis, ADD/ADHD, learning disability [LD] dan lain-lain  bentuknya.

Memiliki “kelemahan” di satu aspek, biasanya disertai dengan kepemilikan sesuatu yang sangat luar biasa. Saya beberapa kali melakukan kontak dengan seorang penyandang autis, yang sudah duduk di sekolah lanjutan. Kalau melihat penampilannya, seperti anak yang tidak memiliki perhatian pada dunia di sekitarnya, pandangannya tidak terfokus dan pengucapan kata-katanya tidaklah memiliki ketegasan. Dibalik itu semua, tersimpan suatu kemampuan yang sangat-sangat luar biasa.

Saya sudah mendengar kemampuannya jauh sebelumnya, tetapi belum berkesempatan bertatap muka dengannya. Begitu saya berjumpa dengannya, saya sengaja memperkenalkan diri dengan identitas lain [nama seseorang] serta tanggal kelahirannya. Dia langsung menyebutkan hari kelahiran pada tanggal tersebut, dalam waktu yang bisa dikatakan “instantenously” alias tidak sampai 2 detik. Tentu saja saya tidak tahu kesahihan informasi yang diberikannya. Maka saya “mengujinya” dengan tanggal yang saya tahu pasti harinya [bukan kelahiran saya, karena saya sendiri tidak hafal karena tidak ada keperluannya], yaitu 17 Agustus 1945. Dan langsung menyebutkannya – Jumat. Betul.

Sesampainya di meja kerjaku, langsung mencoba mengecek kesahihan perhitungannya dengan caraku yang butuh waktu jauh lebih lama, walau sudah menggunakan aplikasi Excel yang ada. Subhanallah. Ternyata tidak sampai disitu saja keistimewaan yang dimiliki anak ini. Ketika saya berjumpa lagi dengannya, dia langsung menyebut “nama yang saya perkenalkan dulu”, disertai dengan tanggal yang saya sebutkan, dan nama hari hasil terhitungannya. Jadi tidak saja cepat menghitung, tetapi memiliki kemampuan mengingat wajah orang, namanya, tanggal lahirnya, serta hari lahirnya, sekaligus – dalam satu paket. Dan juga punya alarm system, bila pada suatu tanggal dan bulan ada seseorang ulang tahun, maka dia akan mencarinya untuk memberikan selamat.

Entahlah, bagaimana cara dia memperoleh hari dari tanggal yang diberikan, apakah di benaknya ada sekumpulan kalender yang dia bisa buka sehingga melihat hari yang bersesuaian, seperti kita bisa memanfaatkan kalender yang ada di HP kita. Ataukah dengan melakukan perhitungan cepat dengan algoritma tertentu yang ada di otaknya. Maha Suci Allah swt yang telah memberikan kemampuan seperti itu. Dan banyak lagi jenis-jenis keistimewaan yang dimiliki oleh individu yang berlainan. Ada yang menggambar, bermain musik dan lain sebagainya. Tetapi umumnya, hanya satu keahlian yang sangat khusus, dengan tingkat keistimewaan yang tinggi, dan hampir tidak diikuti dengan penguasaan keterampilan yang lain, bahkan keterampilan untuk menunjang hidupnya.

Dalam yang digolongkan sebagai anak-anak SEN, juga termasuk anak yang sangat berbakat [gifted]. Karena anak yang berbakat ini, bila tidak mendapatkan penanganan khusus bukan tidak mungkin akan berakibat suatu bencana pada dirinya.

Mungkin anda pernah mendengar nama Stephen Hawking, seorang ilmuwan terkemuka kelas dunia asal Inggris, yang pemikirannya berada pada puncak ilmu pengetahuan mutakhir. Dengan kemampuan pemikiran yang begitu hebat, melontarkan teori-teori tentang alam semesta dan berbagai hal lainnya, ternyata memiliki kelemahan fisik yang mungkin tidak akan tertanggungkan oleh kita-kita ini. Kelumpuhan pada anggota tubuh, ketidak mampuan untuk berbicara dan sebagainya yang dialaminya sejak masa mudanya, sehingga dia harus selalu di atas kursi roda dengan penggerak listrik, untuk berbicara dengan menggunakan atas peniru suara melalui sebuah keyboard.

Jika anda ingin tahu lebih banyak mengenai beliau, cobalah buka website di http://www.hawking.org.uk.

Selama beberapa tahun terakhir ini, saya banyak menjumpai anak-anak yang berkebutuhan khusus tersebut, dan juga berjumpa dengan beberapa orang tua mereka. Sungguh berat beban yang harus ditanggung mereka, baik saat ini apalagi di masa mendatang nanti. Entah apa penyebabnya, sepertinya pada masa-masa terakhir ini semakin banyak kita jumpai anak-anak yang menyandang hal tersebut. Mungkin dulu juga sudah banyak, tetapi tidak kita ketahui. Tetapi peningkatannya di Amerika Serikat sangatlah mencengangkan [mengkhawatirkan] jika upaya penanganan untuk mengurangi risikonya belum diketahui.

Jika mau melihat dari sisi pesimis, seakan apapun yang ada pada diri kita akan mengalami berbagai hal yang harus kita perjuangkan. Apalagi mereka yang berada dalam keadaan ekstreem tersebut. Tetapi kehidupan haruslah kita hadapi dengan sikap optimis, bahwa akan ada selalu jalan yang diberikan oleh Allah swt dalam menghadapi berbagai kesulitan yang kita hadapi. Bukankah Allah swt telah memfirmankan “Fa inna ma’al ‘usri yusra, inna ma’al ‘usri yusra”. Yang diterjemahkan sebagai “maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan”.[QS 94:5-6].

Dari seorang teman yang menguasai bahasa Arab, disana ada perbedaan bentuk atau struktur kata, antara kesulitan dengan kemudahan, dimana dalam bahasa Indonesia itu tidak terlihat. Tetapi dalam bahasa Arab dan bahasa Inggris, dengan mudah dapat dibedakan. Yaitu adanya bentuk “al” atau “the” pada ‘usri dan tidak pada yusra. Itu pasti dengan maksud tertentu. Bisa diartikan, bahwa dalam setiap kesulitan yang sudah nyata [tertentu] Allah swt menyediakan berbagai bentuk kemudahan – yang tentunya kemudahan itu tidak datang dengan sendirinya, melainkan harus diupayakan. Dan konon kemudahannya bisa berbagai-bagai.

Semoga Allah swt memberikan kesabaran dan kekuatan kepada mereka yang sedang menghadapi berbagai hal yang mungkin menyulitkan kehidupannya, dan menganugerahkan berbagai kemudahan kepada mereka untuk mengatasinya dalam berbagai bentuk yang tidak diperkirakan.

Wa Allahu a’lam.

 

Saifuddien Sjaaf Maskoen